Selasa, 15 Maret 2011

Hukum Amalan Haji dan Umrah Menurut Empat Imam Madzhab

Hukum Amalan Haji dan Umrah Menurut Empat Imam Madzhab
Oleh: Aep Saepulloh, S.Ag.,Dipl
No
Jenis Amalan
Hukum Melaksanakannya Menurut
Malikiyyah
Han afiyyah
Syafi'iyyah
Hanbaliyyah
1
Haji
Wajib
segera
Fardhu segera
Wajib
tarakhiyan
Wajib segera
2
Umrah
Sunnah
Muakkadah
Sunnah
Muakkadah
Wajib
tarakhiyyan
Wajib segera
3
Mandi Ihram
Sunnah
Sunnah
Sunnah
Sunnah
4
Memakai wangi-wangian ketika
hendak ihram
Makruh
Sunnah
Sunnah
Sunnah
5
Ihram haji beserta niatnya
Rukun
Syarat
Rukun
Rukun
6
Ihram umrah beserta niatnya
Rukun
Syarat
Rukun
Rukun
7
Mengiringi ihram dengan
bacaan talbiyyah
Sunnah dan
qila wajib
Sunnah dan
qila wajib
Sunnah
Sunnah
8
Ihram dari miqat
Wajib
Wajib
Wajib
Wajib
9
Bacaan talbiyyah
Wajib
Sunnah dan
qila wajib
Sunnah
Sunnah
10
Thawaf Qudum
Wajib
Sunnah
Sunnah
Sunnah
11
Niyyat thawaf
Wajib dan
qila syarat
Syarat
Syarat
Syarat
12
Memulai thawaf dari Hajar
Aswad
Wajib
Wajib
Syarat
Syarat
13
Berjalan kaki ketika thawaf
bagi yang mampu
Wajib
Wajib
Sunnah
Syarat
14
Suci dari dua hadats (besar dan
kecil) ketika thawaf
Syarat
Wajib
Syarat
Syarat
15
Thawaf dibelakang al-hatim
Syarat
Wajib
Syarat
Syarat
16
Thawaf di dalam Masjidil
Haram
Syarat
Syarat
Syarat
Syarat
17
Thawaf tujuh putaran
Syarat
Wajib
Syarat
Syarat
18
Almuwalah di antara putaran-
putaran thawaf
Wajib dan
qila syarat
Sunnah
Sunnah
Syarat
19
Shalat sunnah dua rakaat
setelah thawaf di Maqam
Ibrahim
Sunnah dan
qila wajib
Wajib
Wajib
Sunnah
20
Sa'i antara Shafa dan Marwah
Rukun
Wajib
Rukun
Rukun
21
Thawaf untuk umrah
Rukun
Rukun
Rukun
Rukun
22
Keharusan melakukan Sa'i
setelah thawaf
Wajib dan
qila syarat
Wajib dan
qila syarat
Syarat
Syarat
23
Niyat untuk melakukan Sa'i
Syarat
Wajib
Syarat
Syarat
24
Memulai Sa'i dari Shafa dan
mengakhirinya di Marwah
Syarat
Wajib
Syarat
Syarat
25
Berjalan kaki ketika Sa'i bagi
yang mampu
Syarat
Wajib
Sunnah
Syarat
26
Sa'i tujuh balikan
Syarat
1
Wajib
Syarat
Syarat
27
Al-muwalah di tujuh balikan
Syarat
Sunnah
Sunnah
Syarat



ketika Sa'i




28
Al-muwalah antara melakukan
Sa'i dan tahwaf
Wajib dan
qila sunnah
Sunnah
Sunnah
Sunnah
29
Al-halq (gundul) atau taqshir
(cukur pendek) ketika umrah
Wajib
Wajib
Wajib
Wajib
30
Mabit (menginap) di Mina
(tanggal 8 Dzulhijjah) malam
Arafah
Sunnah
Sunnah
Sunnah
Sunnah
31
Wukuf di Padang Arafah
Rukun
Rukun
Rukun
Rukun
32
Waktu melaksanakan wukuf
Setelah
matahari
tergelincir
(setelah
Dhuhur)
sampai
terbitnya
fajar tanggal
10
Dzulhijjah
Setelah
matahari
tergelincir
(setelah
Dhuhur)
sampai
terbitnya fajar
tanggal 10
Dzulhijjah
Setelah
matahari
tergelincir
(setelah
Dhuhur)
sampai
terbitnya
fajar tanggal
10
Dzulhijjah
Dimulai dari
terbitnya fajar
tanggal 9
Dzulhijjah
(Hari Arafah)
sampai
terbitnya fajar
tanggal 10
Dzulhijjah
33
Wukuf sampai setelah matahari
terbenam jika wukufnya siang
hari
Rukun
Wajib
Wajib dan
qila sunnah
Wajib
34
Menjama' antara shalat
Maghrib dengan Isya di
Muzdalifah
Sunnah
Wajib
Sunnah
Sunnah
35
Mabit (menginap)di Muzdalifah
Wajib dan cukup dengan singgah sebentar menurut ukuran waktu sebuah
perjalanan,
shalat
Maghrib
dan Isya dan
memakan
sedikit
makanan
dan
minuman
Wajib dan
cukup dengan
berhenti
sejenak
sampai terbit
fajar
Wajib dan cukup dengan berhenti sejenak setelah tengah malam
Wajib
36
Berhenti di Masyaril Haram
mulai dari terbit fajar sampai
terbit matahari
Sunnah
Wajib
Wajib dan
qila sunnah
Wajib dan
qila sunnah
37
Melempar Jumrah Kubra
(Aqabah)
Wajib
Wajib
Wajib
Wajib
38
Al-halq (gundul) atau taqshir
Wajib
Wajib
Rukun
Wajib



(cukur pendek) dalam haji




39
Melakukan secaara tertib
berurutan antara melempar
Jumrah Aqabah, menyembelih
kurban dan al-halq atau taqshir
Sunnah
Wajib
Sunnah
Sunnah
40
Mencukur rambut harus di
tanah haram pada tanggal 10
Dzulhijjah
Sunnah
Wajib
Sunnah
Sunnah
41
Thawaf Ifadah
Rukun
Rukun
Rukun
Rukun
42
Thawaf Ifadah dilaksanakan
pada tanggal 10 Dzulhijjah (hari
raya 'idul adha)
Wajib
Wajib
Sunnah
Sunnah
43
Melempar tiga jumrah (Ula,
Wustha dan Aqabah) pda hari
Tasyriq
Wajib
Wajib
Wajib
Wajib
44
Tidak mengakhirkan melempar
jumrah sampai malam
Wajib
Sunnah
Sunnah
Sunnah
45
Mabit (menginap) di Mina pada
malam hari Tasyriq
Wajib
Sunnah
Wajib
Wajib

Lisensi Dokumen
Copyright Aep Saepulloh, www.indonesianschool.org
Seluruh dokumen di www.indonesianschool.org dapat digunakan, dimodifikasi dan disebarkan secara bebas untuk tujuan bukan komersial (nonprofit), dengan syarat tidak menghapus atau merubah atribut penulis dan pernyataan copyright yang disertakan dalam setiap dokumen. Tidak diperbolehkan melakukan penulisan ulang, kecuali mendapatkan ijin terlebih dahulu dari penulis, indonesianschool.org.
Keterangan Istilah-Istilah
1.      Wajib tarakhiyyan maksudnya bahwa kewajiban untuk melaksanakannya tidak segera tapi boleh diakhirkan. Karena itu, bagi yang menganggap bahwa haji itu wajib tarakhiy (Syafi'iyyah), maka apabila seseorang sudah mampu untuk berhaji kemudian dia meninggal sebelum melaksanakan haji, maka dia tidak berdosa karena haji itu kewajibannya tarakhiy, boleh diakhirkan kapan saja pelaksanaannya. Sedangkan bagi yang berpendapat bahwa haji itu wajib segera (fauran)—sebagaimana yang dipegang Hanafiyyah--, maka dia berdosa ('ashiyyan) karena telah menunda-nunda sesuatu yang wajib dilaksanakan dengan segera.
2.      Qila Maksudnya ada pendapat lain namun pendapat tersebut lemah. Umumnya, qila ini tidak diketehui siapa yang berpendapatnya dan karena itulah dipandang sebagai pendapat yang lemah.
3.      Fardhu istilah ini menurut jumhur ulama sama dengan istilah wajib. Namun, ulama Hanafiyyah membedakannya dengan wajib. Bagi mereka, fardhu adalah suatu persoalan yang hukumnya berdasarkan nash yang qath'i baik berupa ayat al-Qur'an maupun Sunnah al­Mutawatirah. Sedangkan wajib, adalah persoalan yang berdasarkan nash yang dhanny. Oleh karena itu, shalat yang lima waktu bagi Hanafiyyah bukan wajib tapi fardhu. Sedangkan bagi jumhur ulama boleh wajib boleh juga fardhu.
4.      Al-Hatim adalah bangunan atau tembok pendek yang melingkar setegah lingkaran yang berada di Hijr Ismail.
5.      Al-Muwalah maksudnya adalah berurutan dan tidak dipisah oleh waktu yang lama. Jadi kalau dikatakan al-muwalah antara tujuh putaran thawaf maksudnya adalah bahwa thawaf

yang tujuh putaran itu harus dilakukan berturut-turut dan tidak boleh diselang oleh waktu yang lama. Demikian juga dengan al-muwalah antara Sa'i dan Thawaf maksudnya adalah bahwa setelah melaksanakan Thawaf itu harus langsung segera melaksanakan Sa'i dan tidak boleh diselang oleh waktu yang lama di antara keduanya misalnya tidur dulu atau jalan-jalan dulu. Wallahu 'alam.
Depan Makam Imam Syafi'i (Masjid Imam Syafi'i), 18 Januari 2005 jam 4.00 sore
Untuk  Download Tulisan ini klik disini

Tidak ada komentar: